Fokus Cegah Tangkal Radikalisme—Separatisme

JAKARTA, – Staf Teritorial TNI AD dengan harmoni abadi, yaitu hukum dan esensi yang melekat, pengetahuan harus mengatasi, dan memahami kegiatan pembinaan Komunikasi Sosial Cegah Tangkal Radikalisme / Separatisme ini yang secara potensial dan permanen diaktualisasikan dalam kesadaran diri, berlangsung di Graha Zeni Pusziad, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (16/03/2023). Hal ini dapat mengungkap proses yang sebelumnya tidak diketahui atau kurang berkembang dalam literatur ilmu sosial, metode ini sangat membantu dalam meningkatkan model konseptual.

Dalam mengejar pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana orang berpikir, bertindak, dan memahami kehidupan sehari-hari mereka, pembinaan Komunikasi Sosial Cegah Tangkal Radikalisme / Separatisme ini memberikan banyak data, argumen mereka fokus, jelas dipahami secara luas, baik dalam desain, pengumpulan data, atau analisis—begitu penting. Akhirnya membuat kontribusi lebih jelas dan lebih banyak lagi, berharga. Mari fokus.

Pada kesempatan ini, Mayor Jenderal TNI Mochammad Hasan selaku Asisten Teritorial Kasad beserta seluruh Staf mengucapkan selamat datang dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak / Ibu narasumber dan para peserta sekalian.

Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, dikarenakan penting bagi kita, sebagai komponen bangsa kita harus bersinergi dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari ancaman bahaya Radikalisme / Separatisme yang berkembang saat ini.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, disebutkan bahwa TNI memiliki peran dalam mengatasi aksi terorisme yang mana embrionya berasal dari Radikalisme / Separatisme. Adapun upaya TNI AD dalam mengantisipasi ancaman tersebut adalah salah satunya melalui kegiatan Cegah Tangkal Radikalisme / Separatisme bagi segenap komponen bangsa, dengan mengangkat tema “Pancasila Sebagai Benteng Dari Paham Radikalisme dan Separatisme”.

Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan seluruh komponen bangsa dalam rangka terciptanya saling pengertian tentang peran, fungsi dan tugas masing-masing dengan harapan sebagai berikut: Pertama, Terwujudnya pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat guna menangkal Radikalisme / Separatisme bagi segenap komponen bangsa; Kedua, Terbentuknya komponen bangsa yang memiliki wawasan kebangsaan dan berjiwa Pancasila guna mendukung ketahanan wilayah yang kuat dalam rangka tetap tegak dan utuhnya NKRI; Ketiga, Terwujudnya kerja sama antara TNI AD dengan segenap komponen bangsa dalam rangka menangkal Radikalisme / Separatisme guna memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Maraknya berbagai persoalan yang berkaitan dengan perkembangan Radikalisme / Separatisme di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau aparat pemerintah saja, namun menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Peran seluruh elemen masyarakat, aparat pemerintah, tokoh agama dan para pemuka masyarakat sangat penting untuk bersama-sama sebagai penggerak dalam mengantisipasi perkembangan Radikalisme / Separatisme.

Dalam kegiatan ini, materi yang akan disampaikan adalah: Pertama, Wawasan Kebangsaan sebagai Bekal Generasi Muda dalam Menjaga Persatuan dan Keutuhan Bangsa, oleh Dr. Janedjri M. Gaffar, N.SI dari Kemenkopolhukam RI. Kedua, Peran Generasi Muda dalam Upaya Menangkal Paham Radikalisme, Terorisme dan Separatisme, oleh Prof. Irfan Idris dari BNPT.

“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para peserta akan memiliki kesadaran tentang arti pentingnya pembentukan karakter komponen bangsa yang memiliki kepribadian dan jiwa kebhinekaan dalam rangka melawan Radikalisme / Separatisme guna mendukung tetap tegak dan utuhnya NKRI. Semoga kebersamaan ini akan semakin memperkuat tali silaturahmi dan menjadi pendorong untuk dapat memberikan kontribusi nyata dalam menghadapi setiap permasalahan bangsa. Demikian sambutan saya, semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan perlindungan-Nya kepada kita untuk mempersembahkan darma bakti terbaik kepada bangsa dan negara tercinta,” kata Asisten Teritorial Kasad, Mayor Jenderal TNI Mochammad Hasan.

KOMSOS CEGAH TANGKAL RADIKALISME/SEPARATISME TINGKAT PUSAT TA 2023 MABES TNI AD

“PANCASILA SEBAGAI BENTENG DARI PAHAM RADIKALISME DAN SEPARATISME”

Mengawali materi yang disampaikan, Janedjri M. Gaffar menyampaikan salah satu rahmat Tuhan yang sejak awal telah disadari dan disyukuri oleh para pendiri bangsa adalah kebhinnekaan Indonesia, keberagaman bangsa Indonesia. Rasa syukur itu diwujudkan dengan ikhtiar kita bersama untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan bangsa, tidak hanya keberagaman yang hilang, bahkan eksistensi bangsa itu sendiri yang akan berakhir.

Indonesia adalah bangsa yang beragam. Potret keberagaman bangsa Indonesia sudah amat terang dan jelas. Negara bangsa ini terbentang di atas alam seluas dan sebanyak lebih kurang 17.504 pulau, dan dihuni oleh sebanyak lebih kurang 1.360 suku dengan 726 bahasa daerah. Terdapat 6 agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Selain itu terdapat sekitar 250 agama lokal dan aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia juga memiliki adat istiadat dan budaya yang juga berbeda-beda. Artinya, baik secara geografis maupun demografis, bangsa Indonesia sangat kaya dengan berbagai keberagaman. Keberagaman itulah yang kemudian membentuk kebangsaan Indonesia sebagai negara yang plural.

Keberagaman bangsa Indonesia tersebut telah diakui dan ditempatkan sebagai salah satu identitas kebangsaan Indonesia sejak masa kebangkitan nasional. Sejak awal, konsep kebangsaan yang dianut oleh para pendiri bangsa adalah kebangsaan yang tidak menghilangkan keberagaman. Identitas kebangsaan Indonesia tidak pada satu suku, ras, bahasa, atau pun agama tertentu. Identitas kebangsaan Indonesia adalah pada kesatuan ide dan cita-cita untuk hidup merdeka dan menghapuskan penjajahan di atas dunia. Kesatuan ide dan cita-cita itu terbentuk dari kesamaan penderitaan selama 350 tahun hidup di alam penjajahan.

Keberagaman adalah realitas manusia sekaligus realitas sejarah yang tidak dapat diingkari dan diberangus. Sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan mengalami perang atau konflik kekerasan tidak berkesudahan, bahkan berujung pada kehancuran ketika memaksakan penyeragaman dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu sumber kegagalan demokratisasi di berbagai negara adalah kehendak untuk membangun negara atas dasar satu paham atau satu kelompok tertentu dengan meniadakan paham atau kelompok lain. Kehendak meniadakan kelompok tertentu itu bersumber pada pandangan yang menempatkan suatu paham atau kelompok lebih tinggi dari yang lain.

Lanjut dijelaskan Dr. Janedjri M. Gaffar, N.SI., sejauh ini, upaya meneguhkan kebersamaan dalam keberagaman terus dilakukan secara berkelanjutan. Namun, saat ini upaya meneguhkan kebersamaan dalam keberagaman setidaknya menghadapi 2 (dua) tantangan. Pertama, adalah praktik demokrasi yang mempertajam perbedaan, bahkan ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara berupa gerakan separatisme. Kedua, adalah masih ada dan berkembangnya radikalisme beragama.

Demokrasi secara alamiah akan berkembang beriringan dengan kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan berserikat. Baru di alam demokrasi pada masa reformasi ini kita mengalami dan menyaksikan berbagai macam pendapat yang dapat disampaikan secara terbuka, dan begitu banyak organisasi yang dibentuk untuk memperjuangkan ide dan kepentingan masyarakat. Di alam kebebasan, pendapat-pendapat yang berada pada titik ekstrem pun muncul, termasuk gerakan separatisme.

Komentar